top of page
Search
Writer's picturePoudre co

3 Langkah Memulai Gaya Hidup Eco-Lifestyle

Sampai saat ini, bumi merupakan satu-satunya planet yang telah terbukti terdapat kehidupan di dalamnya. Bumi telah dihuni oleh manusia serta beragam hewan dan tumbuhan selama berjuta-juta tahun lamanya dan telah mengalami sangat banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut sebagian bersifat positif dan sebagian lainnya bersifat negatif.


Perubahan-perubahan tersebut tak terlepas dari kemajuan pemikiran dan peradaban manusia. Manusia selalu menginginkan kehidupan yang lebih mudah dan cepat. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha mengembangkan teknologi dan menciptakan penemuan baru yang mereka klaim dapat membuat kehidupan mereka lebih baik. Sayangnya, kemajuan teknologi dan penemuan-penemuan tersebut tak sepenuhnya berdampak positif, terutama bagi Bumi tempat kita berpijak ini.


Saat ini, kita telah menikmati berbagai bentuk dari kemajuan teknologi di bidang komunikasi, pendidikan, transportasi hingga industri. Dan di saat yang bersamaan, baik kita sadari maupun tidak, sebenarnya kita juga tengah "menikmati" dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut. Suhu udara yang meningkat, banjir, dan polusi merupakan beberapa contoh dampak negatif tersebut.


Sebagai salah satu dari miliaran makhluk yang menghuni Bumi, maka kita pun memikul tanggung jawab serta kewajiban untuk memelihara dan melestarikan planet ini agar bisa kita wariskan kepada anak cucu di masa depan kelak. Salah satu caranya adalah dengan memulai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan atau yang lebih dikenal dengan istilah eco lifestyle atau sustainable lifestyle.


Jika ingin memulai eco lifestyle, tak perlu susah-susah memikirkan langkah apa yang bisa kamu lakukan untuk bisa berkontribusi dalam menjaga kelestarian Bumi. Ada banyak sekali hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan untuk memulai eco lifestyle. Berikut beberapa contohnya.


1. Membawa tas belanja sendiri.


Langkah sederhana yang pertama yang bisa kamu lakukan adalah membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja, baik di swalayan maupun pasar tradisional untuk mengurangi penggunaan kantong kresek. Sebenarnya, dahulu kantong kresek diciptakan untuk menyelamatkan ekosistem sebab pembuatan kantong dari kain dan kertas dinilai banyak mengeksploitasi sumber daya alam seperti pohon. Namun, saat ini kantong kresek justru "disalahgunakan", di mana kita biasanya hanya memakainya sekali. Oleh karenanya, kantong kresek sering kali disebut single use plastic bag (kantong plastik sekali pakai). Padahal, kantong kresek terbuat dari material plastik yang sangat sulit terurai oleh tanah, membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Lebih parah lagi, orang-orang zaman sekarang sering kali membuang kresek ke sungai, selokan, hingga laut dan mengakibatkan pencemaran air yang akibatnya bisa membunuh ribuan spesies air setiap tahunnya.


2. Membawa botol minum sendiri.


Selain kebiasaan menggunakan kantong plastik sekali pakai, kita juga masih suka membeli minuman botol ketika berada di luar, kemudian membuang botolnya begitu saja setelah airnya habis. Kebiasaan ini sangat tidak ramah lingkungan, sebab botol plastik juga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa terurai. Bisakah kita menghitung, berapa ratus ribu botol yang terbuang setiap harinya di seluruh dunia? Belum lagi jika kita membuangnya di tempat sembarangan yang mencemari dan mengurangi kebersihan serta keindahan ekosistem.


3. Menggunakan sedotan dan alat makan yang reusable.


Selanjutnya, kita bisa memulai eco-friendly lifestyle dengan membawa sedotan dan peralatan makan (cutlery) sendiri untuk mengurangi pemakaian sedotan dan cutlery berbahan plastik yang sekali pakai. Hal ini sering kita abaikan. Setiap hari kita memesan makanan minuman di cafe atau kantin dan memakai sedotan sekali pakai dan beberapa alat makan dari plastik seperti sendok dan garpu. Sama seperti benda berbahan plastik lainnya, sedotan dan alat makan tersebut juga tidak ramah lingkungan. Seharusnya peralatan tersebut bisa kita pakai berulang kali, namun kita enggan melakukannya dengan berbagai alasan seperti tingkat kehigienisan dan bahaya kandungan kimia dalam bahan pembuatan peralatan tersebut.

Sumber
  • https://www.mongabay.co.id/2018/07/05/sisa-makanan-ternyata-memicu-perubahan-iklim-kok-bisa/

  • https://economy.okezone.com/read/2016/03/23/470/1343940/lampu-led-ramah-lingkungan-dan-hemat-energi


44 views0 comments

Comments


bottom of page